Oleh Idrus Firmansyah
Ketua Divisi Komunikasi dan Informasi
Yayasan Peduli Remaja Mentari (YPR) Cianjur
Siang itu selepas Sholat Jum’at saya naik Bis ke Jakarta dari Cianjur demi menjemput Rezeki di Ibukota. Dalam perjalanan itu, saya mendapati Seorang Remaja Tanggung sekitaran umur 15-20 Tahun nelpon dengan Earphone dan sepertinya menggunakan Aplikasi WhatsApp (soalnya gratis asalkan ada Paket Datanya). Remaja tersebut berbicara ketika nelpon itu dengan suara yang sangat keras, dan tidak terlalu menghiraukan orang-orang di dalam Bis Umum.
Dalam percakapan telepon itu, Remaja tersebut berbicara dengan suara yang cenderung seperti perempuan atau dikenal dengan istilah “Melambai”. Dia berbicara mengungkit kata-kata “onta”, “My Habibi” (yang berasal dari kosakata bahasa Arab yang artinya kekasihku) dan istilah-istilah lainnya yang sangat identik dengan sebuah Tempat Wisata di Cipanas. Remaja tersebut pun mengatakan bahwa dia menjadi “Lady Boy” Arab di daerah Wisata Cipanas tersebut. Jujur waktu itu, saya sangat jengah mendengar obrolan tak tahu diri Remaja Melambai tersebut. Dia benar-benar sudah sangat tidak tahu diri, tapi untuk menghentikannya berbicara asusila yang mengarah pada LGBT saya sendiri pun bingung harus bagaimana.
Akhirnya ... saya kepikiran membuka Aplikasi Quran Android di HP dan membaca 1 ayat saja (asalnya ingin panjang tapi karena lagi di dalam Bis, kepala pusing kalau sambil berkendara). Qadarullah ... Remaja itu berhenti “ngoceh asusila yang cenderung ke kelakuan Kaum Sodom”, dan ketika di Ciawi dia pindah ke Jok depan karena ada penumpang yang turun jadi kosong.
Kalau saya “flashback” apa yang dibicarakan Remaja tanggung itu, seperti nyambung dengan obrolan Istri saya yang mengatakan bahwa di Daerah Cipanas ada Pelajar jadi “Lady Boy” untuk Komunitas Wisatawan di daerah Cipanas, ketika ditanya kenapa mereka melakukan: “Jawabannya untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti membeli make up dan lain-lain, padahal mereka itu anak lelaki!!! “
Kemudian jika dikaitkan dengan beberapa waktu yang lalu dimana Polres Cianjur melakukan penggerebekan di daerah kawasan Villa Cipanas, dimana didapatkan 5 Pelaku Homoseksual yang didalamnya terdapat Pelajar berumur 16 Tahun (Baca: Innalillahi ... Pesta Gay di Cianjur Digerebek Polisi 5 Pria Ditangkap, Ada Pelajarnya). Mereka bisa melakukan Pesta durjana sesama Homoseksual karena menggunakan sebuah Aplikasi di Android yang bisa dengan secara bebas didownload di Playstore. Maka saya beropini, kenapa remaja tanggung itu ke Jakarta dan menghampiri teman dan My Habibi-nya tersebut karena bisa jadi daerah Cipanas yang biasa jadi tempat untuk tempat mereka melakukan kegiatan maksiat sudah dianggap tidak aman. Karena “My Habibi” yang biasa berada di Kawasan Wisata di Cipanas, sekarang berada di Jakarta.
Trus kenapa kita sebagai Warga Cianjur yang notabene dijuluki “Kota Santri” harus peduli terkait Musibah LGBT ini di daerah kita, karena ketika kelakuan laknat Homoseksual merajalela maka Allah SWT akan menurunkan Adzab tidak hanya untuk orang yang melakukannya tapi bagi orang-orang yang rajin beribadah.
Dan tentu pencegahan anak remaja yang menjadi Korban LGBT ini banyak caranya, seperti: mengarahkan mereka berolahraga seperti yang disarankan Rasulullah seperti: Berkuda, Memanah, Beladiri dan Berenang Atau olahraga lainnya seperti Futsal. Dan memberikan pendidikan Agama yang kuat, mereka diarahkan untuk aktif di Ikatan Remaja Mesjid, Dirangkul oleh Orang Tua untuk hadir di Kajian Keilmuan tiap pekan, aktif di Rohani Islam (Rohis) dan ikut Mentoring pekanan yang intensif di Sekolah. Karena kalau gak intensif ikut Kajian Keagamaan maka mereka akan diserang Predator Kaum Homoseksual yang mengintai melalui Jejaring Sosial Media seperti Facebook dan Instagram.
Terakhir, Kepada Allah lah kita meminta pertolongan karena Dia-lah sebaik-baik Pelindung.
03/02/2017
Written On The Earth
0 comments:
Post a Comment