Pemerintah Indonesia kembali membuat resah. Kali ini giliran BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) dengan aksi ngundang Hyoyeon. Kepala BEKRAF, Triawan Munaf, tetap bertekad menghadirkan personil SNSD ini, walau harus mengabaikan 17.000 petisi penolakan.
BOOM! Peperangan meletus di kalangan netizen.
Pejuang pertumbuhan anak, ahli parenting, Bunda Elly Risman pun kena hujat sumpah serapah dari orang-orang yang sebenarnya sedang ia perjuangkan masa depannya. Naas memang, kasih sayang bunda berbalas tuba. Bunda akhirnya minta maaf.
"Anak saya KPOPers, Ini ga ada kaitannya sama moral. Mereka aktif dan positif!" ungkap Triawan keukeh dengan keputusannya.
Duh, bunda Elly jangan nuduh kalo KPOPers pasti doyan porno dan gak bermoral dong. Banyak kok KPOPers yang justru berprestasi. Mungkin begitu ungkapan hati para KPOPers lainnya.
Banyak hal positif yang bisa kita contoh dari Korea Selatan. Dulu ku pernah baca di koran Kompas, sebuah berita berjudul "Semangat Korea".
Generasi terdahulu Korea ternyata tumbuh dalam penderitaan. Negara mereka miskin sumber daya alam. Kesialan mereka masih diperparah dengan kondisi geografis yang diapit sama negara adidaya, Jepang, Cina, dan Rusia. The power of kepepet, satu satunya senjata yang mereka miliki adalah OTAK. Sampe PM Korsel bilang,
"Kalau Korsel tidak memiliki SDM yang berkualitas, maka kita akan mati!"
Segenting itu kondisinya. Lalu miliaran dolar digelontorkan demi pendidikan rakyatnya. Angka buta huruf menurun drastis. Teknologi maju pesat. "Rakyat gue pokoknya harus pinter!"
Namun, kondisi berubah. Puluhan tahun belakangan muncul industri KPOP yang tak kalah menggiurkan keuntungannya.
Cewek-cewek seksi yang mengumbar Aurat dan demen joget-joget, menghiasi layar kaca. Cowok-cowok "maco", dengan kulit putih bersih, mulus, dan rambut warna warni, juga tak mau kalah.
Tubuh dieskploitasi habis-habisan. Aurat yang terbuka amat mudah ditemukan kalau kita cari "girl band korea" di gugel. Mereka meneror muda mudi dengan menampilkan kecantikan dan ketampanan sempurna. Para artis ramai-ramai melakukan operasi plastik. Mata sipit dibeloin, dagu diruncingin, rahang kotak ditiruskan, keriput dihilangkan, kulit putih, mulus, licin!
Muka tuh gak boleh jelek!
Mereka bergentayangan di musik, drama, film, reality show, dan semua industri hiburan.
So what? Ada yang salah dengan KPOP?
Muda mudi korsel sekarang punya standar cantik dan ganteng yang amat tinggi. Lookism! Orang dinilai dari bentuk mukanya. Lo jelek, ga bakal sukses.
Bahkan otak cemerlang pun bukan syarat kesuksesan, jika ia tak memiliki paras menawan. Operasi plastik jadi andalan. Bahkan oplas jadi hadiah orang tua untuk kelulusan sang anak, atau di hari ulang tahunnya.
Cantik (plastik) mereka jadi simbol betapa kepercayaan diri mereka menurun amat tajam. Mereka hidup dalam tekanan sosial yang amat keras. Harus cantik, harus sempurna, harus! harus!
Hal ini sukses bikin Korsel jadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi.
"WHO telah merilis daftar negara dengan kasus bunuh diri tertinggi di dunia. Hasilnya, Korea Selatan menjadi negara dengan angka bunuh diri tertinggi, dengan 28,9 kasus per 100.000 orang selama setahun." (Republika.co.id)
SDM yang dahulu mati matian diperjuangkan agar berkualitas, kini mengalami degradasi besar-besaran.
Anak umur 4 tahun kini dengan riang menari erotis meniru girlband idolanya. Bahkan ditemukan kasus, remaja putri umur 14 tahun sudah aktif menjual diri dalam bentuk 'compensated date'. Digerayangi lelaki dewasa 20an 30an, bahkan lebih tua lagi. Prostitusi ilegal ini eksis!
Menurut Dr. Stephen Epstein, Director of the Asian Studies Institute at Victoria University, komoditas seksual industri korea kini membuat kaum lelaki bebas menikmati tubuh wanita tanpa ragu-ragu.
Akibatnya perselingkuhan, terutamanya lelaki adalah sesuatu yang biasa (Seamus Walsh, Lulusan Korean Studies). Ini semua berasal dari industri yang menjadikan tubuh perempuan sebagai objek.
Dari otak turun ke paha! degradasi!
Lucunya, masalah Korsel ini justru dihadirkan secara resmi sama Pemeritah Indonesia ke hadapan rakyatnya.
Tanpa diundang pun, budaya KPOP ini sudah menjangkit. Bagaimana lah, kalau diundang secara resmi? Akan lebih banyak lagi muda mudi, yang menjadikan bintang Korea yang super sempurna dan sensual ini, jadi panutan mereka.
Ayolah, anak muda Indonesia yang bisa memfilter tontonannya (seperti anak pak Triawan Munaf) hanya sedikit sekali bukan?
Bagaimana nasib mereka yang hanya tau kesenangan dan sensasi "asik" dari menonton KPOP di yutub. Mereka yang orang tuanya tak pernah kenal ilmu parenting. Jangankan melarang, mengoperasikan smartphone mungkin mereka tak tahu. Para bunda yang patokannya hanya "Anak senang, bunda pun tenang".
Bagaimana dengan nasib mereka? semua efek negatif akan mereka telan bulat-bulat!
Ah, rupanya nasib kebobrokan satu generasi ini yang sedang diperjuangkan bunda Elly.
Atau jangan-jangan... ini definisi kreatif yang pemerintah inginkan?
#tolaksnsd
Sumber:
1. "Semangat Korea Selatan" Kompas 22/9/2014
2. Bunuh diri tertinggi:
https://www.google.co.id/…/m.republik…/amp_version/ocbqtp335
3. Dampak negatif budaya KPOP:
How K-pop Mirrors Gender Roles getinispired.mit.edu (2016)
4. Hasil dari pertemuan Aliansi Pecinta Ibu Pertiwi dan Triawan Munaf (9/8/2017)
5. Kekhawatiran ortu dengan pengaruh buruk KPOP plus sumber video:
https://www.google.co.id/…/lolita-effect-korea-sexual-…/amp/
6. Tubuh sebagai objek industri:
Buku The concept of female sexuality in Korean Popular Culture, Lee So Hee
Oleh Farah Qoonita
Sumber: Facebook
Diedit oleh Admin YPR Mentari Cianjur
Ancaman Korea Selatan: dari Otak Turun ke Paha
Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Thursday, August 10, 2017 | 07:33
Labels:
Artikel,
Berita,
Internet,
Mentoring,
Remaja Islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment